Sabtu, 23 September 2017

THE ART OF SPEAKING


Mutiara Kata Hari Ini
Memikirkan yang baik berarti menginjakkan kaki pada anak tangga utama pencapaian

                                                                                         Grenville Kleiser


Di dalam kehidupan sehari-hari, berbicara dan mendengarkan adalah dua kegiatan yang paling sering kita lakukan. Dalam pelajaran “The Art of Speaking” atau “Seni Berbicara” ini, kita akan belajar bagaimana menjadi lawan bicara yang baik, agar sebuah pembicraan menjadi efektif. Seorang pendagang yang biasa menjajakan danganannya, haruslah pandai berbicara agar para pembeli tertarik. Seorang pengajar atau pengkotbah harus pandai berbicara, agar para pendengarnya mendapatkan berkat. Di dalam percakapan sehari-hari atau komunikasi informal, kepandaian berbicara sangat menentukan apakah orang lain akan merasa senang berbicara dengan kita atau tidak.” Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan…”
Harus dapat dibedakan Antara “pandai bicara” dengan “banyak bicara”. Orang yang pandai berbicara atau yang mengerti seni berbicara, belum tentu banyak bicara. Sebaliknya, orang yang banyak bicara belum tenti pantai berbicara atau menguasai seni berbicara. Jika ingin menjadi orang yang pandai berbicara, kita harus mempleajari seni berbicara dan mulai mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik di dalam berbicara.

KOMUNIKASI FORMAL

Yang dimaksudkan dengan komunikasi formal adalah percakapan resmi, yang dilakukan seseorang ketika berbicara dimuka umum. Misalnya, ketika sedang berkothbah, mengajar, berpidato atau memberikan seminar. Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan oleh seorang pembicara ketika hendak berbicara di depan umum:

  1. Mempersiapkan Materi Sebaik Mungkin. Setelah memilih topic yang akan Anda sampaikan, cari informasi sebanyak mungkin mengenai hal itu. Gali, kembangkan dan tambahkan cerita-cerita menarik yang berhubungan dengan topic yang akan anda bicarakan. Persiapan yang matang akan membuat Anda lebih tenang dan lebih percaya diri di dalam menyampaikannya.

  1. Perhatikan Teknik Penyajian Materi. Yang dimaksudkan dengan teknik penyajian disini adalah cara yang digunakan di dalam berbicara, yang meliputi beberapa hal:

  • Sampaikan materi dengan sistematis dan jelas. Jangan loncat sini loncat sana, comot sini comot sana, sampaikanlah secara berurutan sesuai poin-poin yang sudah Anda siapkan. Hindari juga penyampaian yang terlalu berbelit belit dan pemakaian kata-kata asing yang belum tentu dimengerti semua pendengar.

  • Memiliki kemampuan yang baik di dalam menggunakan bahasa lisan. Jika anda adalah seorang pembicara, berusahakan untuk menguasai tata bahasa dengan baik, mempunyai artikulasi atau pengucapan kata yang jelas, perhatikan ritme atau irama, serta intonasi. Menyampaikan materi dengan cara yang monoton, akan sangat membosankan. Jika Anda sebagai penceramah/pembicara tidak memperhatikan semua ini, maka pendengar akan bosan dan gelisah mendengarkan Anda. Jangan biasakan memakai kata-kata klise atau kata-kata yang tidak berguna di akhir kalimat Anda. Contohnya seperti: “begitu”, “begitu lho”, dan “sebagainya”, “gitu kan”, “iya kan”, “kan begitu”, “apa namanya”.

  • Bahasa tubuh / body language. Di dalam berbicara, bahasa tubuh sangatlah penting, Berdirilah tegak dengan kepala yang tegak pula ketika berada di depan, Lakukanlah gerakan-gerakan tertentu baik itu gerakan tangan atau melangkahkan kaki jika Anda merasa perlu melakukannya. Ini akan membuat pembicaraan Anda terasa lebih hidup. Perlihatkan pula ekspresi wajah yang menarik ketika berbicara. Jangan cemberut dan kelihatan tidak bersemangat. Jika apa yang anda sampaikan disertai dengan ekspresi wajah yang gembira dan bersemangat, makan pendengar pun akan bersemangat.

  • Kemampuan memberikan penyegaran. Selipkan cerita cerita atau pembicaraan  yang bisa membuat pendengar tertawa dan rileks. Cerita atau humor yang diberikan tentunya yang berhubungan dengan topic yang sedang Anda bahas. Ini akan membuat pendengar lebih santai dan tidak terlalu tegang. Tetapi ingat, jangan membuka pembicaraan Anda dengan humor, karena pendengar belum terbiasa dengan anda dan dengan gaya Anda, sehingga humor akan kurang efektif.

  • Kepribadian/personality. Ada orang yang memang memiliki karisma atau daya pesona, tetapi yang membuat seorang pembicara tidak kalah menarik adalah kepribadiannya yang diantaranya adalah: bijaksana, berani, tegas, jujur, tenang, rendah hati. Para pendengar yang mengetahui bahwa orang yang sedang berbicara di depannya memiliki kepribadian yang kurang baik, akan mengurangi minat mereka untuk mendengarkan apa yang ia katakan. Sebab itu bangunlah kepribadian yang baik, sehingga Anda memiliki nama baik di depan orang. “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.”

Mutiara Kata
Jika hanya ada sukacita di dunia ini, kita tidak pernah belajar sabar dan berani
                                                                                    Hellen Keller

KOMUNIKASI INFORMAL
Yang dimaksud dengan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak resmi, seperti percakapan sehari-hari. Melalui percakapan sehari-hari, Anda dapat membangun hubungan dengan orang lain, tetapi melalui percakapan juga Anda dapat menghancurkan suatu hubungan. Tidak jarang terjadi dimana komunikasi kita dengan orang lain, dalan hal ini komunikasi lisan, menjadi tidak efektif dan bahkan membuat orang lain gerah karena kita tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik, Padahal untuk memberitakan , untuk bersaksi dan untuk melayani orang lain kita harus berkomunikasi. Cara kita berkomunikasi juga sangat berperan di dalam mempererat hubungan dengan orang lain. Untuk itu kita perlu memperhatikan beberapa poin berikut:

  1. Sopan santun Dalam Berbicara. Orang yang mengerti seni berbicara akan memperhatikan kesopanan didalam berbicara. Jika tidak, sebuah percakapan bisa merusak, menimbulkan kebosanan bahkan juga kebencian. Berikut ini adalah kebiasaan-kebiasaan yang perlu dikembangan dalam sebuah percakapan.

o   Tidak memotong pembicaraan.Menurut Esmond G. Addeo dan Robert R. Burger dalam buku mereka “Egospeak”, orang yang suka memotong pembicaraan adalah orang yang tidak sabar dan egois. Ia ingin segera mengutarakan isi hati dan pendapatnya tanpa mempedulikan orang lain yang sedang berbicara. Kita harus belajar mendahulukan orang lain dan menganggap mereka lebih penting. “….Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.

o   Tidak berbicara terus-menerus. Dalam setiap percakapan, semua orang mempunyai hak dan kesempatan untuk mengutarakan pendapat. Jangan berpikir bahwa pendapat atau informasi yang Anda sampaikan begitu penting sehingga Anda tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Ingatlah bahwa orang lain juga ingin menyampaikan sesuatu, jangan selalu  menguasai pembicaraan karena Anda akan menjadi orang yang sangat membosankan bahkan menyebalkan. Jangan bangga ketika orang yang ada di sekitar anda nampak manggut-manggut dan hanya bisa mengatakan “O ya”, “O begitu” atau “Hebat ya”. Ketika Anda berbicara terus-menerus. Berilah mereka kesempatan untuk berbicara Terlalu banyak mengeluarkan kata-kata juga tidak baik, “Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan.Apakah faedahnya untuk manusia?”

o   Tidak berlagak tahu segalanya. Sepintar apa pun anda dan seluas apa pun wawasan Anda, belum tentu Anda tahu segalanya. Kalaupun Anda tahu banyak hal, jagalah sikap jangan sampai terkesan sombong apalagi berlagak tahu di dalam berbicara, Berbicara dengan orang lain selain bertukar informasi, juga berfungsi untuk membangun hubungan dan bukan untuk adu pengetahuan dan wawasan. Bersikaplah rendah hati ketika menyampaikan apa yang Anda ketahui, sehingga Anda tidak dipandang sebagai orang yang berlagak tahu.”Ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebakan dengki, cidera, fitnah, curiga.”

o   Tidak membicarakan kehebatan diri sendiri. Berhati-hatilah ketika menceritakan tentang kehebatan Anda atau keberhasilan keluarga anda. Mungkin Anda tidak bermaksud untuk menyombongkah diri, tetap ingatlah bahwa masing-masing orang memiliki penilaian dan tanggapan yang berbeda. Kalaupun Anda harus mengatakan tentang keberhasilan atau pencapaian yang Anda raih, katakan seperlunya saja dan jangan pernah tergoda untuk menyombongkan diri. “Bila engkau menyombongkah diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!”

o   Tidak berbicara kepada satu orang saja. Ketika sedang bersama-sama dengan beberapa orang, tujukanlah pembicaraan Anda kepada semua orang dan tidak hanya kepada satu orang saja. Jika Anda menujukan pembicaraan kepada satu orang saja, maka orang lain yang ada akan merasa tidak diikutsertakan dan diabaikan dalam pembicaraan tersebut. Ini akan menciptakan tembok penghalang dengan yang lain dan mengundang perpecahan. “Supaya jangan terjadi perpecahan dalan tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.”


o   Tidak menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing. Yang dimaksudkan disini adalah menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh semua orang yang ada bersama-sama Anda. Jika Anda melakukan ini, maka ada oranglain yang tidak mengeri bahasa yang Anda gunakan akan berpikir bahwa Anda sedang membicarakan mereka. Belajarlah menjadi perasaan sesama agar tidak terjadi kecurigaan dan kebencian, sehingga semua hidup dalan damai sejahtera. “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”

o   Tidak mematikan pembicaraan orang. Jangan mematikan pembicaraan orang lain dengan langsung melontarkan kritik tajam atau menyatakan bahwa pendapatnya itu salah. Pakailah cara-cara yang lebih bijaksana, yang tidak membuat lawan bicara Anda tidak mau lagi berbicara. Dalam setiap pembicaraan, junjung tinggi kesopanan dan tenggang rasa, buat orang lain merasa penting dan dihargai. Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

o   Tidak memaksakan pendapat sendiri. Biasanya setiap orang menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling benar. Tidak heran jika ada orang yang ngotot memaksakan pendapatnya sendiri. Tetapi, di dalam sebuah percakapan usahakanlah agar Anda jangan ngotot dan memaksakan lawan bicara anda untuk menerima secara mentah-mentah pendapat Anda tersebut. Ada kemungkinan pendapat orang lain juga benar jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Bicarakanlah dengan bijak untuk mendapatkan sebuah kesepakatan atau pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak. Jika anda terbiasa menerapkan sopan santun di dalam berbicara, maka Anda akan menjadi teman yang baik dan disukai oleh sesama, karena tidak menganggap pendapat Anda lebih benar.” Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak..”

o   Tanggapilah ketika orang lain berbicara. Sebagaimana Anda mengharapkan agar orang lain menanggapi ketika Anda berbicara, berilah juga tangggapan ketika seseorang berbicara. Jangan hanya berdiam diri atau pura-pura tidak mendengar pembicaraannya. Meskipun anda tidak bisa memberikan jawaban terhadap permasalahan yang teman anda utarakan, tetapi paling tidak Anda bisa memberikan tanggapan terhadap apa yang ia bicarakan dan itu akan membuat dia merasa bahwa Anda tidak mengabaikannya. “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalan kasih dan dalam pekerjaan baik.”


  1. Isi Pembicaraan. Ketika berbicara, perhatikan juga isi pembicaraan Anda agar apa yang Anda bicarakan merupakan pembicaraan yang berguna dan membangun.

o   Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Hindarilah kebiasaan membicarakan kejelekan orang lain atau menggosipkan seseorang, Ingat bahwa Anda pun tidak sempurna, anda tidak lebih baik dari orang yang Anda bicarakan. Ketika seseorang melakukan kesalahan, tegurlah ia dengan kasih dan tidak perlu membicarakan kejelekannya tesebut. “Tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara”

o   Tidak bernada keluhan. Banyak kesulitan dan beban hidup yang kita alami selama ada di dunia ini, jadi jangan lagi menambah berat beban tersebut dengan mengeluh tntang berbagai keadaan dan kejadian, Teman bicara Anda ingin mendengarkan berita yang positif dan membangkitkan semangat. Jadi, janganlah pembicaraan Anda berisi keluhan. Ketika seseorang mulai mengeluh dan menceritakan tentang pekerjaannya yang banyak dan terbengkalai, anak yang susah diatur, kebutuhan hidup yang banyak, pembantu yang tidak jujur dan berbagai macam keluhan lainnya, rasanya orang yang mendengarkan pun jadi capek. Bicarakanlah sesuatu yang bermakna dan membantu orang-orang yang mendengarkan. “ Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar…”

o   Bicarakan sesuatu yang diminati lawan bicara. Orang yang tahu seni berbicara akan membicarakan bidang yang diminati oleh lawan bicaranya. Bila perlu ia akan mencari informasi tentang hal itu agar pembicaraan mereka lancar. Anda bisa melihat betapa berbedanya ketika anda membicarakan bidang yang diminati oleh lawan bicara, dibandingkan dengan yang tidak diminatinya. Semua ini akan menolong di dalam membangun dan mempererat hubungan.

  1. Sopan Santun Bebicara Lewat Telepon

o   Berilah salam. Jika anda menelepon ke rumah atau ke kantor seseorang, berilah salam terlebih dahulu. Jangan langsung bertanya, “Ada Andri?” atau “Mau bicara dengan Andri!” Demikian pula ketika menerima telepon, berilah salam terlebih dahulu.

o   Perkenalkan diri Anda. Sebelum berbicara lebih lanjut, sebutkan dulu nama Anda. Sangatlah tidak sopan jika Anda yang bertanya kepada penerima telepon, “Ini siapa?” Kalau keperluan Anda di dalam menelepon berhubungan dengan pekerjaan, sebutkan juga nama perusahaan atau tempat Anda bekerja. Jika Anda adalah pihak yang menerima telepon, tanyakanlah apa yang bisa anda lakukan untuknya.

o   Jelaskan maksud Anda menelepon. Berbicaralah dengan ramah dan sopan di dalam menjelaskan maksud anda, tidak perlu terburu-buru sehingga apa yang anda katakana bisa didengar oleh si penerima dengan jelas. Perhatikan juga volume suara, jangan terlalu kecil tetapi jangan terlalu keras. Jangan pula membentak-bentak di telepon.

o   Sapa lawan bicara Anda dengan sopan. Jika yang menerima telepon adalah suara orang dewasa, sapalah dengan sebutan “Bapak” atau “Ibu”, ini lebih sopan. Kecuali dia meminta Anda untuk menyapanya dengan sebutan lain misalnya “Mas atau “Mbak”.